Harga Beras Turun Drastis, Petani Ungkap Penyebabnya: Kami Cari Tahu

Harga Beras Turun Drastis– Kami membuka laporan ini dengan catatan bahwa pergerakan harga global dan domestik kini nyata berubah. Data Bapanas dan Kementan menunjukkan tekanan pasar setelah kebijakan penghentian impor 2025 dan gelombang ekspor dari India.
Kami akan memetakan faktor penyebab yang saling terkait: kebijakan impor, pembukaan ekspor India yang menurunkan FOB, serta dinamika NTPP dan inflasi 2024 yang rendah. Angka gabah rata-rata nasional dan kondisi zona 1–3 juga memberi gambaran berbeda bagi kesejahteraan petani.
Dalam artikel ini, kami menyajikan data faktual, suara petani, dan analisis rantai pasok. Tujuannya jelas: memberi pembaca berita yang ringkas, mudah dipahami, dan praktis untuk menilai implikasi bagi produksi dan stabilitas pangan Harga Beras Turun Drastis.
Ringkasan Utama: Penurunan Harga Global, Dinamika Domestik, dan Suara Petani
Ringkasan berikut menyorot pergeseran harga internasional dan dampaknya di berbagai wilayah dalam negeri. Pada pasar global, FOB beras putih turun dari sekitar US$622–655/MT (Jan 2024) menjadi US$455–514/MT (akhir Des 2024). Pembukaan ekspor India menekan lebih jauh ke kisaran US$430–490/MT.
Di tingkat domestik, rata-rata beras medium tercatat berbeda antar zona: Zona 1 Rp13.298/kg, Zona 2 Rp13.955/kg (di bawah HET), dan Zona 3 Rp16.801/kg (masih di atas HET Rp15.500/kg). NTPP sempat naik 120,30 pada Feb 2024 dan turun ke 108,90 pada Desember. Inflasi umum 2024 tercatat rendah, 1,54% yoy.
- Kami lihat bahwa penurunan global berjalan paralel dengan penyesuaian lokal, namun tidak merata antar wilayah.
- Pemerintah menyeimbangkan penyerapan panen dan kontrol eceran untuk menjaga rantai pasok.
- Dampak ke konsumen muncul sebagai perbedaan harga antar kanal dan wilayah; pedagang tradisional melaporkan stok ada tetapi harga masih relatif tinggi.
| Periode | FOB (US$/MT) | Catatan |
|---|---|---|
| Jan 2024 | 622–655 | Harga puncak beberapa pemasok |
| Des 2024 | 455–514 | Penyesuaian global |
| India (ekspor buka) | 430–490 | Tekanan tambahan |
Kami menyajikan ringkasan ini sebagai pengantar berita yang akan membedah faktor global, domestik, dan operasional rantai pasok pada bagian berikutnya.
Pasar Beras Dunia Melemah: Efek Kebijakan Impor Indonesia Terhadap Harga Global
Kami melihat sinyal permintaan global melemah setelah kebijakan perdagangan terbaru. Langkah Indonesia menghentikan impor pada 2025 memberi sinyal kuat bahwa permintaan institusional akan menyusut.
Koreksi tercermin di FOB: dari sekitar US$622–655/MT (Jan 2024) ke US$455–514/MT pada akhir Desember. Beberapa hari setelah pengumuman, level sempat mendekati US$400/MT sebelum stabil kembali.
Pergerakan FOB di Asia
Harga dari Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar mengikuti tren penurunan. Pasar melakukan repricing karena ekspektasi permintaan Indonesia menurun.
India Buka Ekspor dan Efek Domino
Ketika India membuka kembali ekspor, suplai global bertambah. Itu mendorong pergeseran ke kisaran US$430–490/MT dan memperkuat penurunan.
- Koreksi terjadi cepat setelah pengumuman kebijakan.
- Volatilitas menengah saat pasar menimbang pasokan tambahan dari India.
- Importir dan eksportir menyesuaikan kontrak dan strategi hedging.
| Negara | FOB Jan 2024 (US$/MT) | FOB Des 2024 (US$/MT) | Catatan |
|---|---|---|---|
| Thailand | 620–655 | 455–514 | Repricing setelah ekspektasi permintaan turun |
| Vietnam | 615–640 | 450–508 | Tekanan kompetitif dari suplai India |
| India (ekspor buka) | — | 430–490 | Tambahan pasokan global |
| Pakistan/Myanmar | 600–630 | 440–500 | Fluktuasi terkait cuaca dan kebijakan ekspor |
Kami menekankan bahwa pergerakan ini menjelaskan dampak kebijakan domestik ke pasar internasional. Bagi pembaca, konteks eksternal ini membantu memahami mengapa harga beras domestik bergerak dengan jeda waktu tertentu.
Harga Beras dalam Negeri: Turun di Banyak Daerah, Masih Tinggi di Zona 3
Kami mencatat koreksi yang meluas di tingkat nasional, tetapi pola ini tidak seragam antar wilayah. Zona 1 dan 2 kini bergerak di bawah HET, sementara zona 3 tetap mencatat level lebih tinggi.
Update Bapanas dan Kementan
Kementan melaporkan dari 514 kabupaten, hanya 20 kabupaten yang masih mencatat nilai tinggi. Rata-rata beras medium tercatat: Zona 1 Rp13.298/kg, Zona 2 Rp13.955/kg, dan Zona 3 Rp16.801/kg.
Zona 1–2 turun ke bawah HET Rp15.500/kg, menunjukkan ruang koreksi jika distribusi lebih efisien.
Perbandingan Kanal Penjualan
Di pasar tradisional, APPSI melaporkan medium Rp12.500–13.000/kg dan premium Rp15.000–16.000/kg.
Sementara ritel modern mengalami beberapa penarikan produk terindikasi di bawah mutu. Akibatnya paket premium 5 kg sempat dijual Rp70.000–88.000 karena stok menipis di beberapa daerah.
Kronologi 2024–2025
Awal 2024 menunjukkan puncak harga, diikuti koreksi sepanjang tahun saat pasokan dan kebijakan menyesuaikan. Kami melihat penurunan berkelanjutan didukung pemulihan distribusi, namun kenaikan harga tersisa di titik-titik terpencil.
- Kebanyakan wilayah mengalami penurunan, kecuali Zona 3 (Maluku-Papua) karena biaya logistik.
- Pedagang pasar melaporkan stok ada, tetapi harga di beberapa pasar masih relatif tinggi.
- Perbaikan stok dan penegakan HET akan menentukan penurunan lebih lanjut di zona yang tersisa.
Dampak ke Petani: NTPP Tertinggi Lima Tahun, Tapi Pasar Gabah Berfluktuasi

Indikator NTPP memberikan gambaran langsung tentang daya beli rumah tangga tani dan kapasitas usaha tani menghadapi biaya. Pada Februari 2024, NTPP mencapai 120,30—level tertinggi dalam lima tahun—lalu turun menjadi 108,90 pada Desember.
Apa arti NTPP bagi kesejahteraan kami
NTPP 120,30 menunjukkan pendapatan usaha tani relatif kuat terhadap biaya input saat itu. Penurunan ke 108,90 menandai tekanan yang meningkat meski masih lebih baik dibanding periode sebelum puncak.
Pasar gabah, penyerapan, dan kesiapan panen
Harga gabah rata-rata nasional tercatat Rp6.900/kg, di atas HPP Rp6.500/kg. Penyerapan oleh Bapanas dan Bulog menjelang panen raya berfungsi sebagai bantalan untuk menjaga pendapatan kami.
- Fluktuasi gabah memengaruhi margin penggilingan dan harga jual akhir.
- Kestabilan memengaruhi keputusan input seperti benih dan pupuk.
- Akses pembiayaan penting saat pendapatan menurun tetapi biaya tetap.
| Indikator | Feb 2024 | Des 2024 |
|---|---|---|
| NTPP | 120,30 | 108,90 |
| Harga gabah rata-rata (Rp/kg) | 6.900 | |
| HPP (Rp/kg) | 6.500 | |
Pada akhirnya, kesejahteraan kami bergantung pada kesinambungan pasar gabah yang sehat—koordinasi penyerapan, ketersediaan dryer dan transportasi, serta akses pembiayaan menjadi kunci agar produksi dan panen selanjutnya tetap layak.
Mengupas Penyebab: Kebijakan Impor, Kasus Beras Oplosan, dan HET Gabah
Kombinasi kebijakan dan penindakan mutu menjelaskan fluktuasi pasokan yang kami saksikan akhir-akhir ini.
Penghentian impor beras 2025 memberi sinyal pasar bahwa permintaan institusional akan menyusut. Dampak awal muncul sebagai koreksi harga internasional dan perubahan ekspektasi pembeli.
Operasi Satgas Pangan yang mengusut kasus oplosan mengungkap 41 tersangka dan kerugian publik sekitar Rp10 triliun. Standar premium broken maksimal 14% ditemukan melampaui batas, pada level 43–50% di sampel lapangan.
Efek riilnya terasa di penggilingan. Banyak pelaku menahan produksi karena takut sanksi, sehingga aliran produk ke ritel terganggu meski stok di hulu ada.
Perdebatan HET gabah Rp6.500/kg versus harga pasar Rp6.900–7.500/kg di Jawa memicu friksi. Jika penggilingan dipaksa mengikuti HET saat pasar lebih tinggi, proses bisnis bisa macet dan memperburuk distribusi.
- Kebijakan impor mengubah sentimen dan menekan ekspektasi permintaan.
- Penegakan mutu meningkatkan standar, namun menciptakan ketakutan operasional.
- Transparansi parameter mutu dan mekanisme pengujian perlu diperkuat.
| Isu | Data | Dampak |
|---|---|---|
| Penutupan impor 2025 | Ekspektasi permintaan turun | Tekanan pada harga global |
| Kasus oplosan | 41 tersangka, kerugian ~Rp10T | Penggilingan menahan produksi |
| HET vs pasar | Rp6.500 vs Rp6.900–7.500/kg | Friksi distribusi |
Kami menyimpulkan bahwa sinergi antara pemerintah, pelaku pasar, dan penggilingan harus jelas. Dengan koordinasi yang baik, dampak jangka pendek bisa ditekan tanpa mengorbankan tujuan mutu jangka panjang.
Rantai Pasok, Stok, dan Gudang: Dari Penggilingan ke Rak Toko

Kekosongan rak di ritel bukan cuma soal permintaan — ada hambatan operasional di hulu. Musim gadu membuat pasokan gabah menipis. Akibatnya hanya sekitar 50% penggilingan yang beroperasi.
Operasi penggilingan dan pasokan
Separuh kapasitas pabrik mengurangi produksi beras. Waktu tunggu giling jadi lebih lama. Ini memicu bottleneck saat distribusi berlangsung.
Gudang ritel dan pengisian ulang
Penarikan produk terindikasi di bawah mutu membuat gudang menyeleksi stok lebih ketat. Aprindo menurunkan produk dari rak dan memesan Rp3 miliar; baru 10% yang dikirim.
Di banyak ritel modern, barang yang masuk cepat habis dalam 3 hari. Persepsi kelangkaan meningkat meski pasar tradisional masih menerima pasokan.
- Kami melihat lead time pembelian ke pengiriman meningkat.
- Stok di gudang menjadi variabel penentu ketersediaan di kota besar.
- Koordinasi jadwal giling dan tracking mutu dapat mempercepat normalisasi stok.
| Isu | Dampak | Tindakan |
|---|---|---|
| Penggilingan 50% | Produksi turun, aliran ke gudang melambat | Penjadwalan ulang giling |
| Penarikan produk | Stok gudang menipis | Seleksi ketat & kontrak baru |
| Replenishment lambat | Rak cepat kosong, harga naik | Optimasi cold/dry storage |
Respons Pemerintah: Penegakan HET, Stabilisasi Inflasi, dan Arahan Presiden
Kami meninjau kebijakan pemerintah yang dirancang menstabilkan pasokan dan meredam gejolak pasar.
Standar HET per zona
Pemerintah menetapkan HET sebagai acuan ritel untuk menormalkan peredaran beras. HET ini juga membantu menekan ekspektasi pedagang saat suplai bergeser.
| Zona | HET Medium (Rp/kg) | HET Premium (Rp/kg) |
|---|---|---|
| Zona 1 | 13.500 | 14.900 |
| Zona 2 | 14.000 | 15.400 |
| Zona 3 | 15.500 | 15.800 |
Sanksi, inflasi, dan instruksi presiden
Kementan menegaskan pedagang tidak boleh melebihi HET. Pelanggaran berpotensi dikenai teguran administratif hingga pencabutan izin.
- Inflasi 2024 tercatat 1,54% yoy, memberi ruang kebijakan stabilisasi tanpa mengorbankan konsumsi.
- Presiden menginstruksikan penyerapan hasil panen untuk memperkuat ketahanan pangan dan menjaga suplai.
- Koordinasi Bulog/Bapanas dan pemda diharapkan menutup celah antara hulu dan hilir.
- Kepatuhan terhadap HET juga menciptakan level permainan yang adil bagi pelaku ritel dan grosir.
Kami percaya implementasi efektif bergantung pada pengawasan transparan dan alur distribusi yang jelas.
Suara Pasar: Pedagang, Tengkulak, dan Peran Swasta 92% Penyerapan
Di lapangan, suara pedagang memberi gambaran langsung tentang aliran barang dan tekanan margin.
Pedagang pasar: stok ada namun margin tertekan
Menurut APPSI, stok di pasar tradisional relatif tersedia. Medium tercatat Rp12.500–13.000/kg, premium Rp15.000–16.000/kg.
Kondisi ini menekan margin pedagang karena daya beli konsumen melemah. Beberapa pedagang memilih mempercepat perputaran dan mengurangi stok berisiko.
Peran tengkulak dan porsi penyerapan swasta
Menteri Pertanian menyebut Bulog menyerap sekitar 8% sementara swasta 92%. Proporsi ini menjelaskan kendali pemerintah yang terbatas atas harga harian.
Perantara atau tengkulak ikut menentukan alur distribusi, khususnya di daerah dengan rantai pasok berlapis. Di titik tertentu, merek premium sulit masuk sehingga terjadi switching merek.
- Kami mencatat pedagang menegosiasikan harga dengan pemasok untuk menjaga margin.
- Mereka juga mempercepat perputaran barang dan menahan stok besar agar kerugian terkontrol.
- Perspektif ini penting untuk memahami dinamika transaksi di level pasar yang tidak selalu tercermin angka nasional.
| Aspek | Data | Dampak |
|---|---|---|
| Penyerapan | Swasta 92% / Bulog 8% | Kendali harga harian terbatas |
| Stok pasar | Medium & premium tersedia | Distribusi premium tidak merata |
| Peran tengkulak | Aktif di rantai lokal | Mempengaruhi harga & pasokan |
Perspektif Konsumen: Kelangkaan Ritel, Pergeseran Perilaku, dan Daya Beli
Dari pengamatan pasar, konsumen kini sering harus berpindah toko demi mendapatkan stok yang cukup. Periode penarikan produk membuat rak ritel kadang kosong dan pencarian menjadi rutinitas belanja.
Testimoni Bogor, Semarang, Medan, Makassar: berburu dan substitusi
Di Bogor, kami menemui rak kosong; paket premium 5 kg dijual Rp74.500 dan ada short grain Rp130.000/5 kg.
Semarang mencatat premium 5 kg sempat Rp88.000 dan beberapa merek premium hilang dari rak.
Medan sempat mengalami kelangkaan medium dengan puncak Rp17.000/kg eceran, lalu menurun namun masih tinggi.
Di Makassar/Maros, beberapa rumah tangga mengurangi porsi nasi. SPHP dikritik karena butir patah dan kecokelatan; premium bertahan sekitar Rp15.000/kg.
Perbedaan kualitas dalam pilihan pembeli
Kami melihat konsumen sering turun kelas dari premium ke medium atau menunda pembelian saat kenaikan harga beras terasa berat.
Pedagang melaporkan re-stocking berjalan bertahap; Aprindo menyebut pengiriman baru hanya 10% sampai awalnya menahan order.
| Kota | Masalah | Respons Konsumen |
|---|---|---|
| Bogor | Rak kosong, harga paket naik | Berburu toko lain |
| Semarang | Merek premium hilang | Ganti merek |
| Medan | Kelangkaan medium | Tunda pembelian |
| Makassar | SPHP kurang rapi | Kurangi porsi nasi |
- Stok ritel yang fluktuatif mengubah pola belanja dan pilihan produk.
- Tekanan pada dana rumah tangga mendorong substitusi dan pengurangan konsumsi.
- Kondisi gudang dan alur distribusi menentukan kapan rak kembali normal.
Harga Beras Turun Drastis, Petani Ungkap Penyebabnya
Analisis kami menunjukkan tiga faktor utama yang saling mempercepat pergeseran pasar akhir-akhir ini.
Inti temuan kami: kebijakan, penegakan mutu, dan ritme produksi
Kebijakan penghentian impor 2025 dan pembukaan ekspor India menambah tekanan pasokan global. Kombinasi itu menurunkan tekanan harga internasional dan memengaruhi alur perdagangan domestik.
Penegakan kasus oplosan (41 tersangka; sampel menunjukkan broken 43–50% vs standar 14%) memperbaiki kualitas. Namun, tindakan itu memicu jeda operasional di penggilingan, yang saat ini beroperasi ~50% kapasitas.
Dari sisi hulu, perbedaan HET gabah Rp6.500/kg dan harga pasar Rp6.900–7.500/kg memengaruhi margin. Dengan swasta menyerap 92%, keputusan perusahaan besar menentukan arus stok ke ritel.
- Kombinasi kebijakan impor/ekspor dan suplai India menjelaskan tekanan awal.
- Penegakan mutu memperbaiki kualitas tetapi mengganggu ritme produksi sementara.
- Peran swasta yang dominan mempercepat reaksi pasar dan mempengaruhi dampak pada petani.
| Faktor | Data singkat | Dampak |
|---|---|---|
| Kebijakan Impor | Stop 2025 | Signaling permintaan turun |
| Kasus Oplosan | 41 tersangka; broken 43–50% | Pengetatan mutu, jeda giling |
| Ritme Produksi | Penggilingan ~50% | Arus ke pasar terhambat |
Kesimpulannya, penyebab utama adalah sinergi kebijakan, enforcement mutu, dan sinkronisasi produksi-distribusi. Dampak terasa berbeda antar wilayah; beberapa sudah dekat HET, sementara wilayah timur masih menahan harga tinggi karena biaya logistik.
Kesimpulan
Sebagai penutup, kami menyajikan poin inti yang merangkum bagaimana kebijakan dan operasi rantai pasok membentuk kondisi terkini.
Koreksi pasar global telah merembes ke tingkat domestik sehingga memengaruhi harga dan sentimen. Peran pemerintah lewat HET dan penyerapan membantu menahan tekanan pada level konsumen.
Di sisi hulu, kestabilan gabah dan lancarnya alur produksi serta ketersediaan stok di gudang menentukan seberapa cepat perbaikan terasa di rak ritel.
Kami mencatat bahwa pemulihan pasokan dan kejelasan standar mutu akan memperkecil dampak pada panen berikutnya dan memperkuat ketahanan pangan. Untuk pembaca, berita ini menegaskan pentingnya koordinasi dari panen hingga distribusi agar harga beras bergerak wajar.






